Advanced Audio Blog S2 #20 - Celebrating the Arts in Indonesia




Learn Indonesian | IndonesianPod101.com show

Summary: Learn Indonesian with IndonesianPod101! Don't forget to stop by IndonesianPod101.com for more great Indonesian Language Learning Resources! -------Lesson Dialog------- ----Formal ---- Sepasang Mata Bola Sepasang Mata Bola adalah lagu gubahan komponi Ismail Marzuki. Musisi kelahiran Jakarta tahun 1914 ini adalah komponis di zaman perjuangan yang karyanya terus populer hingga sekarang. Dikenal sebagai penulis lagu-lagu perjuangan, lagu ciptaan Ismail Marzuki sebenarnya memiliki tema yang bervariasi dalam berbagai aliran musik. Karya-karya Ismail Marzuki melodius, bersyair kuat dan memiliki nilai keabadian. Lagu-lagunya menggugah semangat nasionalisme, seperti Gugur Bunga dan Halo-halo Bandung. Walaupun ditulis di masa perang, lagu-lagu Ismail Marzuki tak lantas melulu tentang semangat mengusir penjajah. Ia melihat masa perang dari sisi lain dan lahirlah karya-karya sentimental berlatar perang yang membuat hati sarat dengan nostalgia apabila didengar sekarang. Lagu Sepasang Mata Bola bercerita tentang pertemuan laki-laki dan perempuan di stasiun kereta api. Sang perempuan baru tiba di Yogyakarta ketika melihat sepasang mata menatapnya dari balik jendela keretanya. Di sana berdiri seorang perwira yang baru saja tiba dari Jakarta terlihat takut dan ragu namun ada kerelaan tesirat di wajahnya untuk menjalani tugasnya di Yogyakarta. Mereka berdua bertatapan, sang perempuan terpikat, dan mendoakan perwira agar ia selamat supaya mereka bisa bertemu kembali. Dalam lirik yang singkat, Ismail Marzuki mengetengahkan berbagai perasaan yang dirasakan oleh banyak orang di masa itu. Pengamatan Ismail Marzuki terhadap sisi romantisme perang melahirkan lagu-lagu yang bertema cinta dan perjuangan. Lagu-lagunya yang masih dinikmati hingga sekarang adalah Selendang Sutra, Melati di Tapal Batas, Aryati, Jangan Ditanya Kemana Aku Pergi, Payung Fantasi, Sabda Alam, Kopral Jono, dan Sersan Mayorku. Bertepatan dengan Hari Pahlawan, 10 November 2004, Ismail Marzuki dianugerahi gelar pahlawan nasional. ----Formal English---- Sepasang Mata Bola Sepasang Mata Bola, or literally, "A Pair of Eyes," is a song written by Ismail Marzuki. Born in Jakarta in 1914, the musician was a well-known composer from the battle of independence era, however, the popularity of his songs remain until the present. Regarded as a writer of patriotic anthems and hymns, his works, however, covered various themes and music genres. His songs are melodious and timeless. Coupled with strong lyrics, his songs awaken patriotic spirit, such as Gugur Bunga ("Dying Flowers") and Halo Halo Bandung ("Hello Bandung"). Although written in a struggling era, Ismail Marzuki's songs were not all about the spirit to fight the colonialists. He viewed war in different perspectives. Hence was born sentimental love songs with war settings that bring back the nostalgia when enjoyed in the present time. Sepasang Mata Bola tells about a meeting of a man and a woman at a railway station. The woman has just arrived in Yogyakarta when she catches a couple of eyes staring outside her window. Standing there is a soldier who has just arrived from Jakarta looking scared and unsure. However, there shown in his eyes is a willingness to serve the country in Yogyakarta. The two stare at each other, the woman instantly falling in love, and hoping for the soldier's safety so that they can meet again. In short lyrics, Ismail Marzuki presented various emotions felt by a lot of people of that time. Ismail's observation on the romantic side of war generated songs that are love and war themed. His songs are still enjoyed by many, such as Selendang Sutra ("Silk Scarf"), Melati di Tapal Batas ("Jasmine at the Borderline"), Aryati, Jangan Ditanya Kemana Aku Pergi ("Don't Ask Where I'm Going"), Payung Fantasi [...]