Meledakkan Kasih




Truth Daily Enlightenment show

Summary: Pengalaman meledakkan kasih kepada suatu obyek tentu sudah dialami hampir setiap insan. Kasih orang tua terhadap anak, kasih anak terhadap orang tua,  kasih seorang pria kepada wanita atau sebaliknya, kasih seorang sahabat, cinta kasih kepada negara atau tanah air dan lain sebagainya. Ledakan atau ekspresi cinta kasih manusia dalam konteks tersebut dapat ditemukan dalam sejarah kehidupan manusia dan kita alami secara konkrit. Kita semua adalah pelaku-pelakunya. Tahun-tahun yang panjang telah kita lalui dalam ledakan-ledakan cinta kasih kepada banyak obyek.<br> Kita pernah memiliki ledakan kasih kepada banyak obyek, tetapi apakah kita pernah mengalami ledakan kasih terhadap Tuhan? Seorang yang mengekspresikan cinta kasih kepada obyek tertentu tidak akan mengharapkan dan menuntut upah. Baginya, dapat mengekspresikan cinta kasih itu sendiri sudah merupakan kebahagiaan dan kepuasan. Orang yang membutuhkan penyaluran cinta kasih kepada suatu obyek seolah-olah mau berkata: “Ijinkan aku mengasihimu. Itu cukup bagiku”. Mengapa demikian? Sebab jika seseorang boleh mengekspresikan atau menyalurkan cinta kasih, itu sudah merupakan pemberian atau anugerah. Ketika seseorang hanyut dalam mengekspresikan atau menyalurkan perasaan kasihnya kepada Tuhan, ia tidak pernah berpikir upah yang ia akan peroleh.<br> Rasul Paulus merupakan model seorang pelayan Tuhan yang menunjukkan ledakan cinta kasihnya yang begitu hebat kepada Tuhan. Dalam pelayanannya, ia bukan saja tidak menuntut upah, tetapi juga siap menghadapi segala keadaan demi kemajuan Injil. Dalam kesaksiannya ia berkata: aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus. Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ, selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku. Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah (Kis 20:21-24).<br> Dalam perjalanan pelayanan Tuhan Yesus, kita temukan ledakan cinta kasih Tuhan Yesus kepada Bapa-Nya. Tindakan Tuhan Yesus di Bait Suci menunjukkan hal ini. Ketika Tuhan Yesus melihat  halaman Bait Suci digunakan untuk jual beli, Ia menjadi marah dan melakukan suatu tindakan yang sangat radikal. Tindakan itu diungkapkan dengan kalimat: “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku” (Yoh. 2:17). Ia menjungkirbalikkan meja tempat para penukar uang melakukan transaksi dan mengusir para pedagang hewan korban dengan cemeti. Ini pasti membuat halaman bait Suci menjadi heboh. Tindakan ini suatu keberanian yang luar biasa. Ledakan cinta kasih bisa membuat seseorang nekat. Sejarah kehidupan manusia membuktikan hal ini.<br> Ledakan cinta kasih Tuhan Yesus dalam fragmen penyucian Bait Suci, dan kesediaan-Nya mati di kayu salib adalah ledakan cinta kasih yang paling mulia di sepanjang sejarah alam semesta. Ledakan cinta kasih seperti ini diharapkan dapat dimiliki pengikut-pengikut Tuhan Yesus. Memang, mengikuti Tuhan Yesus berarti mengikuti jejak-Nya. Jejak Tuhan Yesus termasuk ledakan cinta kasih-Nya kepada Bapa di surga.  Ledakan cinta kasih itu juga ditunjukkan dengan sikap Tuhan Yesus tetap bertahan menantikan perempuan Samaria di perigi Yakub dekat Kota Sikhar, ketimbang masuk kota mencari makanan, walaupun Tuhan Yesus sudah letih dan lapar. Tuhan Yesus berkata: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh. 4:34).<br> Dalam seluruh perjalanan pelayanan Tuhan Yesus nampak kecintaan-Nya kepada Bapa, yang ditandai dengan ketaatan-Nya sampai mati bahkan mati di kayu salib (Flp. 2:5-9). Inilah ketaatan tak bersyarat, ketaatan yang dipersembahkan tanpa menuntut upah.