Hati Seorang Hamba




Truth Daily Enlightenment show

Summary: Dalam gerak hidup manusia kita menemukan banyak orang yang ingin menjadi besar menurut pandangannya sendiri. Mereka berusaha dengan berbagai cara untuk menjadi besar di mata sesamanya, dari kegiatan studi formal, bisnis, karir dan lain sebagainya. Demi mencapai apa yang diinginkan tersebut, mereka bisa menghalalkan segala cara. Kalau di atas disinggung mengenai studi, karir dan lain sebagainya itu bukan berarti kegiatan tersebut adalah dosa. Yang menjadi renungan penting dan pertimbangan kita adalah: Mengapa kita tidak bergumul untuk menjadi besar di mata Allah? Menjadi besar di mata Allah adalah memiliki hati atau kehidupan seorang hamba. Inilah orang besar dan kaya di mata Allah.<br> Dalam Lukas 17:7-10 kita menemukan penjelasan mengenai hati seorang hamba. Dari penjelasan tersebut kita menemukan ciri kehidupan seorang pelayan Tuhan.  Ciri seorang pelayan Tuhan yang benar, pertama: Bekerja sepenuh hati bagi Tuannya. Tuan di sini adalah Tuhan sendiri. Ini adalah sebuah kehidupan yang dihargai Allah, dan sungguh-sungguh berharga. Kehidupan semacam inilah yang sudah ditemukan oleh rasul Paulus (Flp. 1:21; 2Kor. 5:14-15; 1Kor. 6:19). Seorang yang hidup bagi Tuhan, bagai prajurit yang baik tidak memusingkan penghidupannya sendiri (2Tim. 2:4). Kehidupan sebagai milisi Kerajaan Surga semacam inilah yang jarang kita temukan dalam kehidupan orang percaya. Tetapi inilah pola hidup yang seharusnya kita miliki. Orang-orang seperti ini pasti tidak menghamba kepada mamon (Luk. 16:13). Seorang yang hendak melayani Tuhan tidak boleh memikirkan hari depannya dengan kacamata dunia (2Tim. 2:3-4). Kata “menderita” dalam teks aslinya adalah sunkakopateson, sebuah “pesakitan”, yaitu penderitaan yang kita pikul karena melayani Tuhan.  Tentu saja orang-orang seperti ini tidak menuntut upah sama sekali. Baginya, menderita bagi Tuhan adalah kehormatan yang luar biasa.<br> Yesus berkata kepada seorang yang mau mengikut Tuhan: Serigala mempunyai liang, burung mempunyai sarang tetapi anak manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Luk. 9:58). Dari pernyataan Tuhan Yesus tersebut, jelas sekali bahwa hendaknya kita mengiring Tuhan bukan karena jaminan hidup duniawi, tetapi karena mengasihi Dia. Hal ini yang ditawarkan Iblis kepada Yesus (Mat. 4). Ini sebuah pencobaan yang dari Iblis: asal Yesus mau menyembah kepada penghulu kegelapan tersebut, maka Yesus akan menerima segala kemuliaan dunia. Tetapi Tuhan Yesus menolak dan menjawab: Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu dan hanya  kepada Dia sajalah kamu berbakti. Siapa menjadikan dirinya sahabat dunia, ia adalah musuh Allah (Yak. 4:4). Hendaknya kita tidak menjadi seperti Yudas, atau Demas yang mengasihi dunia sehingga mengkhianati Tuhan. Pelayan Tuhan tidak boleh menjadi hamba uang (1Tim. 3:3; Ibr. 3:5 ). Sikap ini harus dimulai hari ini, hendaknya kita tidak mencari tempat pelayanan karena uang. Pelayanan bukan perburuan terhadap uang, tetapi jiwa yang diubahkan menjadi seperti Yesus.<br> Kedua, hidup dalam pengaturan Allah.  Kita harus menerima kenyataan bahwa di luar pengaturan Tuhan adalah kehidupan yang tidak tertib, rusak dan kebinasaan. Menjadi pelayan Tuhan adalah menjadi seorang yang tunduk kepada pengaturan Allah. Dalam pelayanannya, rasul Paulus hanya hidup seturut rencana dan kehendak Allah. Tiada hari tanpa kerja. Senantiasa hidup bagi Tuhan. Segala sesuatu yang kita lakukan harus diperuntukkan bagi Tuhan (1Kor. 10:31). Allah yang mengetahui talenta kita dan segala karunia khusus-Nya. Ia tahu di mana kita harus berada. Tidak ada pada tempat di mana kita harus berada merupakan suatu kerugian dan kelelahan hidup.<br> Orang percaya yang berusaha menyenangkan hati Bapa adalah pribadi-pribadi yang mencari perkenanan Tuhan, bukan perkenanan manusia (Gal. 1:10). Mereka adalah orang-orang yang senantiasa bergumul untuk didapati Tuhan tidak bercacat tidak bercela.  Kita harus berprinsip berlandaskan pada Firman Tuhan. Tidak perlu peduli apa kata dunia terhadap kita.