Advanced Audio Blog S2 #11 - An Indonesian Legend: The Movie Producer




Learn Indonesian | IndonesianPod101.com show

Summary: Learn Indonesian with IndonesianPod101! Don't forget to stop by IndonesianPod101.com for more great Indonesian Language Learning Resources! -------Lesson Dialog------- ----Formal ---- Sang Legenda Teguh Karya Perfilman Indonesia tidak bisa dilepaskan dari nama besar Teguh Karya. Beliau adalah tokoh legendaris yang karya-karyanya terkenal luas sejak tahun 1970an sampai tahun 1990an. Teguh Karya yang terlahir dengan nama Steve Liem Tjoan Hok adalah sutradara terbesar Indonesia. Dari tangannya pula telah lahir banyak aktor dan aktris kenamaan di Indonesia antara lain Slamet Rahardjo, Christine Hakim, dan Alex Komang. Teguh Karya memiliki latar belakang teater khususnya pengarah seni. beliau adalah pemimpin Teater Populer sejak berdirinya di tahun 1968. Teater ini yang berpusat di Hotel Indonesia Jakarta ini, beranggota para mahasiswa Akademi Teater Nasional Indonesia dan para peminat teater lainnya. Dalam perkembangannya teater ini bersama Teguh Karya dan aktor-aktrisnya memiliki pengaruh kuat di dunia perfilman Indonesia. Dinominasikan untuk Piala Citra sembilan kali, Teguh Karya dinobatkan enam kali menjadi sutradara terbaik lewat karya-karyanya, yaitu—Cinta Pertama (tahun 1974), Ranjang Pengantin (tahun 1975), November 1828 (tahun 1978), Di Balik Kelambu (tahun 1983), Ibunda (tahun 1986) dan Pacar Ketinggalan Kereta (tahun 1988). Karya Teguh Karya umumnya membekas dan menjadi film yang berpangaruh di masanya. Film-film yang disutradarainya biasanya ditandai dengan cerita yang baik dan mengalir, dengan kekuatan pada karakter tokohnya. Biasanya film menampilkan potret masyarakat Indonesia umumnya dengan problem riil kesehariannya seperti rumahtangga dalam film Ibunda, perkawinan (dalam film Di Balik Kelambu), percintaan (dalam film Pacar Ketinggalan Kereta). Di samping itu beliau juga tertarik menggarap epik sejarah seperti kisah Pangeran Diponegoro (November 1828) dan Doea Tanda Mata. Dia dikenal sangat memperhatikan detil, baik detil dalam cerita dan dialog tokohnya maupun juga detil pada set, pemilihan lokasi, dan pencahayaan. Di samping itu karena latar belakang Pengarah Seninya, karya Teguh Karya memiliki kecenderungan artistik. Boleh jadi obsesi pada detil dan artistik di dalam cerita-cerita keseharian inilah yang menyebabkan karya-karya beliau meninggalkan kesan yang kuat pada penontonnya. Teguh adalah pria yang selalu berpenampilan sederhana, sangat dihormati dan dicintai oleh teman-teman seprofesi, maupun para seniman lain. Bagi para seniman ia dianggap sebagai bapak, guru, sekaligus teman. Beliau meninggal pada 11 Desember 2001 pada usia 64 tahun. ----Formal English---- Teguh Karya the Legend Indonesia cinema is inseparable from Teguh Karya's big name. He is a legend whose works are widely known throughout the 1970s until 1990s. Born with the name Steve Liem Tjoan Hok, Teguh Karya is certainly the best movie director in Indonesia. From his hands have been born many famous actors and actresses; among them are Slamet Rahadjo, Christine Hakim, and Alex Komang. Teguh Karya had a background in theater, especially as an art director. He was the head of Teater Populer ("Theater Popular") since it was founded in 1968. The theater that was based in Hotel Indonesia Jakarta had members from Indonesia National Theater Academy and other theater enthusiasts. In its development, the theater, Teguh Karya, and the actors and actresses it produced has had strong influence in Indonesian cinema. Nominated for the Citra Award nine times, Teguh Karya was six times crowned as the Best Director in—"The First Love" (1974), "The Bride Bed" (1975), "November 1828" (1978), "Behind a Curtain" (1983), "Mother" (1986), and "Lover Missed a Train" (1988). Generally, Teguh Karya's movies left profound marks and became influential movies of [...]